Kisah Abu Jandal & Abu Bashir RA Di Perjanjian Hudaibiyah - Kisah Penguat Iman

TERBARU

Friday, June 2, 2017

Kisah Abu Jandal & Abu Bashir RA Di Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun ke-6 Hijriah, Nabi Muhammad SAW ingin berumrah dan berziarah ke Makkah. Kabar ini diketahui oleh orang-orang kafir Makkah dan membuat mereka merasa terhina, sehingga mereka berencana akan menghalangi perjalanan Muhammad SAW pergi bersama para sahabat yang telah siap mengorbankan jiwa raga mereka di jalan Allah SWT. Namun, demi kebaikan penduduk Makkah, Rasulullah SAW tidak menghendaki perang. Beliau berusaha mengadakan perjanjian dengan mereka. Walaupun para sahabat telah siap berperang, Rasulullah SAW tetap memperhatikan orang-orang kafir dan menerima syarat yang mereka ajukan. Sebenarnya para sahabat sangat tertekan dengan perjanjian ini, tetapi mereka tidak dapat berbuat apapun terhadap keputusan Rasulullah SAW. Bahkan seorang pemberani seperti Umar r.a. pun merasa tertekan dengan perjanjian ini.

Adapun salah satu isi keputusan perjanjian tersebut adalah:

Orang-orang kafir yang telah masuk Islam dan berhijrah, harus dikembalikan ke Makkah, dan orang Islam yang murtad dari Islam (Na'udzubillah) tidak dikembalikan ke kaum muslimin.

Belum selesai perjanjian itu, seorang sahabat bernama Abu Jandal r.a.; yang telah ditahan, disiksa, dan dirantai oleh kaum kafir karena keislamannya, jatuh bangun mendatangi mereka. Ia berharap dapat bergabung dengan kaum muslimin dan terbebas dari musibah yang dialaminya. Ayahnya, Suhail, yang pada saat itu belum masuk Islam (ia masuk Islam pada saat Fatal Makkah. Dan ia adalah wakil orang kafir dalam perjanjian Hudaibiyah), menampar anaknya dan memaksanya kembali ke Makkah.

Sabda Rasulullah SAW, "Perjanjian belum diputuskan, maka belum ada peraturan yang berlaku." Namun Suhail terus memaksa. Rasulullah SAW menjawab, "Aku meminta agar ada satu orang yang diserahkan kepadaku." Namun mereka menolak pertukaran itu.

Abu Jandal r.a. berkata kepada kaum muslimin, "Aku datang untuk islam, banyak penderitaan yang telah aku alami. Sayang, sekarang aku akan dikembalikan lagi.". Hanya Allah Yang mengetahui betapa sedihnya para sahabat ketika itu. Atas nasihat Rasulullah SAW , Abu Jandal r.a. bersedia kembali ke Makkah. Rasulullah SAW berusaha menghibur hatinya dan menyuruhnya tetap bersabar.

Beliau bersabda, "Dalam waktu dekat, Allah akan membukakan jalan bagimu."

Setelah selesai perjanjian Hudaibiyah, seorang sahabat yang bernama Abu Bashir r.a. melarikan diri ke Madinah setelah keislamannya. Kaum kuffar mengutus dua orang untuk membawanya kembali ke Makkah. Dan sesuai dengan perjanjian, Rasulullah SAW mengembalikan AbuBashir kepada mereka.

Abu Bashir berkata, "Ya Rasulullah, aku datang setelah menjadi muslim, dan engkau kembalikan aku kepada kaum kuffar?"

Rasulullah SAW menasihatinya agar bersabar dan beliau bersabda, "Insya Allah, sebentar lagi Allah akan membukakan jalan bagimu." Akhirnya, Abu Bashir r.a. dikembalikan ke Makkah bersama kedua utusan tadi.

Di tengah perjalanan, Abu Bashir r.a. berkata kepada seorang penjaganya, "Hai kawan, pedangmu bagus sekali." Karena merasa pedangnya dipuji, orang itu dengan bangga mengeluarkan pedangnya, "Ya, aku telah menebas banyak orang dengan pedang ini."

Sambil berkata demikian, ia memberikan pedangnya kepada Abu Bashir r.a. Begitu berada di tangannya, Abu Bashir r.a. langsung mencoba pedang itu kepada pemiliknya. Ketika orang kafir lainnya melihat temannya tewas, ia merasa bahwa sekarang adalah gilirannya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung melarikan diri ke Madinah. Setibanya di hadapan Rasulullah SAW, ia berkata, "Temanku telah dibunuh dan sekarang giliranku."

Pada saat itu, Abu Bashir r.a. pun tiba di hadapan Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, engkau telah memenuhi janjimu dengan mereka, dan aku pun telah dipulangkan, namun aku tidak memiliki janji apa pun yang menjadi tanggung jawabku atas mereka. Kulakukan semua ini karena mereka berusaha mencabut agama dari diriku."

Rasulullah SAW menjawab, "Kamu telah menyulut api perang. Seandainya ada yang dapat menolongmu."

Atas sabda itu, Abu Bashir r.a. memahami bahwa jika ada kaum kafir yang memintanya kembali, maka ia akan dikembalikan lagi kepada mereka. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat di dekat pantai. Berita ini telah diketahui oleh orang-orang di Makkah. Abu Jandal r.a., yang telah diceritakan dalam kisah sebelumnya pun melarikan diri dan bergabung dengan Abu Bashir r.a. Demikian juga orang-orang yang telah masuk Islam, banyak yang bergabung dengan Abu Bashir r.a.

Dalam beberapa hari, mereka menjadi sebuah gerombolan kecil. Mereka sampai di sebuah hutan yang di dalamnya tidak ada makanan atau kebun sedikitpun, juga tidak ada penduduk. Hanya Allah Yang mengetahui keadaan mereka. Namun, mereka telah mencekik leher para penzhalim yang kezhalimannya membuat mereka melarikan diri. Jika ada kafilah yang melewati tempat tersebut, mereka akan melawannya atau menyerangnya.

Kaum kuffar di Makkah pun merasa ketakutan sehingga mereka terpaksa menjumpai Rasulullah SAW dan merayunya dengan membawa nama Allah, alasan kekeluargaan, dan sebagainya aga mereka dipanggil, dan kelak dapat diikat dengan perjanjianyang telah disepakati sebagaimana orang-orang muslim lainnya dan perjalanan mereka pun lancer kembali. Akhirnya, Rasulullah SAW menulis surat kepada mereka dan mengizinkan mereka kembali. Ketika surat itu tiba di tangan Abu Bashir r.a., ia sedang menderita sakit yang sangat parah. Dan ia wafat ketika tangannya sedang memegang surat Rasulullah SAW. (Bukhari-Fathul Bari).

Pelajaran dari kisah diatas

Jika agama yang kuat terdapat pada diri seseorang, dangan syarat agamanya benar, maka kekuatan apa pun tidak akan dapat melepaskan agam yang ada pada dirinya. Dan Allah SWT berjanji akan menolong setiap muslim dengan syarat ia benar-benar muslim.


No comments:

Post a Comment