Kisah Perjalanan Rasulullah Ke Thaif - Kisah Penguat Iman

TERBARU

Thursday, June 1, 2017

Kisah Perjalanan Rasulullah Ke Thaif

                                                       
Selama sembilan tahun sejak kerasulan, Nabi Muhammad saw. telah berusaha menyampaikan ajaran agama islam dan mengusahakan hidayah serta perbaikan kaumnya di Makkah, namun sengat sedikit yang menerima ajakan beliau, kecuali orang-orang yang telah awal masuk islam selain mereka, ada orang-orang yang belum masuk islam, tetapi siap membantu Rasulullah Saw. dan kebanyakan orangorang kafir Makkah selalu menyakiti dan mempermainkan beliau dan para sahabat beliau.

Abu Thalib termasuk orang yang belum memeluk islam, namun sangat mencintai Nabi Saw. ia akan melakukan apa saja yang dapat menolong Nabi Saw. pada tanggal sepuluh kenabian, ketika Abu Thalib meninggal dunia, kaum kuffar semakin berkesempatan untuk mencegah perkembangan islam dan menyakiti kaum muslimin.

Rasulullah SAW pun pergi ke Thaif dan di sana ada suatu kabilah bernama Tsaqif, yang sangat banyak anggotanya. beliau berpendapat, jika mereka memeluk islam, kaum muslimin akan terbebas dari siksaan orang-orang kafir tersebut, dan akan menjadikan kota itu. Sebagai pusat penyebaran islam. setibanya di Thaif, Nabi Saw. langsung menemui tiga orang tokoh masyarakat dan berbicara dengan mereka mengajak mereka kepada agama Allah, dan mengajak mereka agar membantu Rasulullah Saw.

Namun, mereka bukan saja menolak, bahkan sebagai bangsa Arab yang terkenal dengan adatnya yang sangat menghormati, itupun tidak mereka lakukan. bahkan, mereka menjawab dengan terang-terangan dan menerima beliau dengan sikap yang sangat buruk. mereka menunjukkan perasaan tidak suka dengan kedatangan Nabi Saw.. pada mulanya, beliau berharap agar kedatangan beliau kepada tokoh masyarakat itu akan disambut akan disambut dengan baik dan sopan. ternyata sebaliknya, diantara mereka ada yang berkata, "Wahai, kamukah orang yang di pilih oleh Allah sebagai Nabinya?" lain berkata, "Tidak adakah orang selain kamu yang lebih pantas dipilih Allah sebagai Nabi?" yang ketiga berkata, "Aku tidak mau berbicara denganmu, sebab jika kamu memang seorang Nabi seperti pengakuanmu, lalu aku menolakmu, tentu itu tidak akan mendatangkan bencana. dan jika kamu berbohong, aku tidak ingin berbicara dengan orang seperti itu." Selain itu, dengan perasaan kecewa terhadap mereka, Nabi Saw. berharap dapat berbicara dengan orang-orang selain mereka. inilah sifat Nabi Saw. yang selalu bersungguh-sungguh, teguh pendirian, dan tidak mudah putus asa. Ternyata, tidak seorangpun diantara mereka yang bersedia menerima beliau. Bahkan mereka membentak beliau dengan berkata, "Keluarlah kamu dari kampung ini! pergilah kemana saja yang kamu sukai!"

Ketika Nabi Saw. sudah tidak dapat mengharapkan mereka dan bersiap-siap akan meninggalkan mereka, mereka menyuruh anak-anak kota tersebut mengikuti Nabi Saw, lalu mengganggu, mencaci, serta melemparinya dengan batu, sehingga sandal beliau berlumuran darah.dalam keadaan seperti inilah Nabi saw .meningalkan Thaif.

Ketika beliau menjumpai sebuah tempat dianggap aman dari kejahatan mereka.Beliau berdoa kepada Allah.,

"Ya Allah, kepada-Mulah kuadukan lemahnya kekuatanku, kurangnya upayaku, dan kehinaanku dalam pandangan manusia. Wahai Yang Maharahim dari sekalian raahimin, Engkaulah Tuhanku, kepada siapakah Engkau serahkan diriku. Kepada orang asing yang akan memandangku dengan muka masam atau kepada musuh yang Engkau berikan segala urusanku, tiada keberatan bagiku asalkan Engkau tidak marah kepadaku. Lindungan-Mu sudah cukup bagiku aku berlindung kepada-Mu dengan nur wajah-Mu yang menyinari segala kegelapan, dan dengannya menjadi baik dunia dan akhirat, dari turunnya murka-Mu kepadaku atau turunnya ketidakridhaan-Mu kepadaku. Jauhkanlah murka-Mu hingga Engkau ridha. Tiada daya dan upaya melainkan dengan-Mu."

Allah swt. penguasa seluruh alam pun memperlihatkan keperkasaan-Nya Demikian sedih doa Nabi saw., sehingga Jibril a.s. datang untuk memberi salam kepada beliau dan berkata, "Allah mendengar perbincanganmu dengan kaummu, dan Allah pun mendengar jawaban mereka, dan dia mengutus kepadamu Malaikat penjaga gunung agar siap melaksanakan apapun perintahmu kepadanya."Malaikat itupun datang dan memberi salam kepada Nabi saw. seraya berkata, "Apapun yang engkau perintahkan akan ku laksanakan. bila engkau suka, akan kubenturkan kedua gunung disamping kota ini sehingga siapa saja yang tinggal diantara keduanya akan hancur binasa jika tidak apapun hukuman yang engkau inginkan aku siap melaksanakannya." Rasulullah saw. yang bersifat pengasih dan mulia ini menjawab, "Aku hanya berharap kepada Allah seandainya saat ini mereka tidak menerima islam, semoga kelak keturunan mereka akan menjadi orang-orang yang beribadah kepada Allah."

Pelajaran dari kisah diatas

Demikianlah, akhlak seorang Nabi yang paling mulia. Kita mengaku bahwa diri kita adalah pengikutnya namun jika kita mendapatkan sedikit kesulitan, kita akan mencela atau bahkan membalas dendam. Kezhaliman dibalas dengan kezhaliman, demikianlah perilaku kita saat ini. Padahal seharusnya, dengan pengakuan tersebut, segala tingkah laku kita haruslah mengikuti beliau. Rasulullah SAW sendiri jika mengalami kesulitan ataupun penderitaan yang pedih dari orang lain, beliau tidak pernah membalas keburukan dengan doa keburukan, dan tidak pernah berkeinginan untuk membalas dendam.


No comments:

Post a Comment